Begini Kondisi Instalasi Perumda Tirta Pase dan Sambungan Rumah Pascabanjir di Aceh Utara

ACEH UTARA – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Pase terus melakukan penetrasi jaringan perpipaan pascabanjir di Aceh Utara. Aktivitas itu dilakukan sejak 27 November 2025 guna megidentifikasi kerusakan.

“Hasilnya, hingga 10 Desember 2025, dari 12 instalasi Perumda Tirta rta Pase yang mengalami rusak, kami sudah mampu memitigasi 11 instalasi yang ada untuk kembali berfungsi. Namun, disebabkan beberapa gangguan listrik yang belum stabil, maka ikut pula memengaruhi produksi air sehingga suplai ke pelanggan tidak maksimal sampai saat ini,” kata Direktur Utama Perumda Tirta Pase, Imran, S.T., kepada portalsatu.com, Ahad, 14 Desember 2025.

Menurut Imran, gangguan lainnya adalah kualitas air baku di sungai pascabanjir yang berubah menjadi sangat tinggi ikut memengaruhi proses produksi. Proses distribusi juga mengalami gangguan, dari faktor kerusakan jaringan induk transmisi, terutama di jembatan perlintasan dan pipa induk yang tertanam pada jalan yang tergerus air sungai seperti terjadi di Bungkaih (Kecamatan Muara Batu), Blang Peuria (Kecamatan Samudera), Sampoiniet (Kecamatan Baktiya Barat), dan Alue Ie Puteh (Kecamatan Baktiya).

“Ini belum lagi pipa distribusi di setiap wilayah yang baru terdeteksi bila sudah tersuplai air, tentunya ini akan terus diperbaiki oleh PDAM (Perumda). Beberapa wilayah sudah terdeteksi sambungan rumah banyak yang terputus, dan perbaikan di sambungan rumah nanti tentu akan sangat banyak, karena water meter pelanggan banyak yang rusak serta hilang akibat banjir,” ujar Imran.

Imran menyebut instalasi di Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, yang rusak paling parah dan hingga kini belum bisa diperbaiki. Kerusakannya masif yaitu dari hulu sampai hilir, sambungan rumah (SR) banyak yang sudah tidak ada lagi.

Terkait mitigasi air bagi pengungsi dan korban banjir, pihaknya melihat kebutuhan air masyarakat masih sangat tinggi. “Sejak awal kami berharap adanya bantuan transportasi baik itu mobil tangki dari semua pihak guna pendistribusian bisa merata ke lokasi, kemampuan kami sangat terbatas dan sejak bencana terjadi tim kami sudah taktis bergerak bertahap untuk fokus memperbaiki instalasi produksi. Sehingga instalasi PDAM bisa langsung berfungsi begitu PLN hidup normal,” ungkap Imran.

Namun, lanjut Imran, mulai dari instalasi Kecamatan Sawang, Simpang Keuramat, Teupin Punti (Syamtalira Aron), Pirak Timu, Cot Girek, dan aliran sungai (Krueng Pase) hingga Gampong Meunasah Asan dan Meunasah Reudeup, Kecamatan Lhoksukon sudah bisa aktif darurat, kecuali di Langkahan.

“Setidaknya, target di beberapa wilayah agar kita memiliki lokasi pengambilan pada sumber air bersih sudah tercapai. Satu hal yang menjadi tantangan saat ini adalah seberapa jauh kekuatan kami dalam bertahan, karena pada dasarnya kami juga korban. Kerusakan bukan hanya instalasi, tetapi juga kantor layanan mobiler dan komputer ikut hanyut, bahan kimia untuk produksi juga hanyut selain pompa dan panel listrik. Hingga saat ini baik biaya perbaikan teknis dan biaya operasional penanganan bantuan mobil tangki ke pengungsi semua masih Perumda Tirta Pase biayai sendiri,” ujarnya.

Menurut Imran, bahan kimia sisa yang ada semakin menipis. Kondisi pekerja juga mulai memprihatinkan, karena pendapatan pihaknya terganggu akibat tidak bisa bertransaksi penbayaran dengan pelanggan yang banyak menjadi korban banjir.

“Saya melihat dengan keterbatasan para pekerja, masih konsisten bekerja keras dan optimis kami bisa lalui ini dengan tegar bersama. Fokus sekarang adalah terus membantu masyarakat karena air kebutuhan yang sangat vital, terutama banyak anak-anak, perempuan, dan orang tua yang saat kami sedang membagi air kondisinya sangat memprihatinkan. Karena sungai dan sumur yang ada sudah tercemar dan tidak layak untuk dikonsumsi”.

“Ucapan terima kasih pun banyak disampaikan kepada kami dari masyarakat di lapangan saat membagikan air secara langsung ke korban banjir. Tentunya kami berusaha menyuplai air kepada mereka yang masih butuh,” tambah Imran.

Imran melihat bahwa instalasi Reudeup Lhoksukon adalah kapasitas produksi paling besar yang ada. Lokasinya strategis dan sangat kuat untuk dijadikan pusat pendistribusian air, yakni berada di depan jalan nasional Medan-Banda Aceh, sehingga akses pengambilan lumayan strategis. Sejak 2 Desember 2025, pihaknya sudah bisa memfungsikan kembali dengan cepat.

Namun, kata Imran, peluang yang ada belum termanfaatkan dengan baik, karena Perumda Tirta Pase memiliki armada mobil tangki cuma dua unit. “Itupun satu unit dalam kondisi tidak layak untuk beroperasi jarak jauh”.

“Terdapat beberapa lokasi pengungsian korban banjir yang ada saat ini masih sangat minim mendapat bantuan air bersih, karena titik pengungsi begitu banyak tentu membutuhkan armada yang memadai”.

“Dengan beberapa instalasi hidup, harusnya suplai air ke pengungsi semakin maksimal. Namun kami harus realistis, semua kita pasti dalam keadaan terbatas. Kami harus terus fokus membenahi jaringan saja. Kepada pelanggan PDAM yang baik hati, ada baiknya bila yang sudah teraliri air agar sudi kiranya berbagi air bersih kepada yang belum bisa kami layani. Walaupun hanya sedikit, terutama untuk titik pengungsi terdekat. Solidaritas ini mungkin sangat penting, karena saat ini semua pasti butuh air bersih,” pungkas Imran.[]

Sumber: Begini Kondisi Instalasi Perumda Tirta Pase dan Sambungan Rumah Pascabanjir di Aceh Utara

Bagikan halaman ini